Minggu, 03 April 2011

Sesat Karena Kebodohan ?

Bila mengutip kata-kata bapak Ary Ginanjar (pendiri dan pemimpin ESQ) pada training yang saya ikuti beberapa waktu lalu, 'bila hanya ingin mengetahui apa itu training ESQ, kita bisa baca buku tentang ESQ tapi bila ingin merasakan pengalaman training ESQ maka kita harus ikut serta dalam training ini'.

Jujur saya akui, mengikuti training ESQ memang merupakan sebuah
pengalaman yang sulit dilupakan tapi bila kita pernah mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan, entah itu di sekolah, kampus atau organisasi maka beberapa kegiatan sesi pada pelatihan ESQ bukanlah hal baru (kecuali media alat bantunya yang menggunakan teknologi).

Banyak kalangan menilai metode yang digunakan ESQ merupakan 'dakwah' yang berhasil menjangkau kalangan yang sampai saat ini sulit dijangkau dengan metode dakwah konvensional, yaitu kalangan korporat, eksekutif dan pejabat.

Pujian terhadap metode ESQ ini tidak serta merta menjauhkan lembaga yang dikenal dengan sebutan 'ESQ 165' ini dari kontroversi. Pada pertengahan tahun 2010 yang lalu, beberapa kalangan ulama di Malaysia telah mengeluarkan fatwa sesat terhadap ESQ karena beberapa bahan 'ajaran' pada buku ESQ dianggap telah menghalalkan paham liberalisme dan pluralisme juga dituduh banyak menggunakan pemikiran kaum liberal dalam 'berhujjah'.

Lebih ekstrim lagi... dalam menyikapi fatwa ulama Malaysia ini, seorang da'i asal bekasi menganggap pemahaman ayat-ayat Quran dan hadist yang digunakan pada buku ESQ adalah da'wah yang dibuat atas dasar 'kebodohan' hingga dapat menyebabkan kesesatan karena bukan berasal dari orang yang kompeten dalam memberikan da'wah.

Seperti itukah? Mungkin ada benarnya, karena Ary Ginanjar sendiri adalah sosok seorang pebisnis sejati dan bukan seorang da'i. Tapi kita wajib memberikan apresiasi positif terhadap 'usahanya' dalam membagi ilmu yang diiringi 'dakwah' ajaran Islam.

Bagi orang awam dan berilmu rendah tentang agama seperti saya, fatwa 'sesat' adalah sebuah tuduhan yang terburu-buru. 'Ajaran' pada buku ESQ harus ditelisik dan diteliti lebih mendalam, apakah ada 'kesengajaan' atau disebabkan 'kekurangpahaman' terhadap syariat Islam hingga menyebabkan terjadi kesalahan 'redaksional' dalam ajaran yang tertuang dalam bukunya.

Islam mengajarkan untuk saling menasehati dalam kesabaran bukan hantam kromo dengan fatwa 'sesat' tapi harus 'diluruskan' bila terdapat suatu penyimpangan dan Islam juga mengajarkan agar kita mensyiarkan firman Allah meskipun hanya satu ayat tentu saja harus dilandasi dengan ilmu, lagipula ajaran Ahmadiyah yang nyata sesat saja masih terus kita 'dakwahi'

Kabarnya, saat ini ESQ telah memiliki semacam 'surat rekomendasi' dari MUI bahkan ada ulama dari unsur MUI dan beberapa tokoh ulama nasional telah menduduki posisi dalam 'dewan syariah' ESQ tapi meski begitu bukan berarti kita tetap duduk tenang, karena kita juga harus belajar banyak tentang ilmu agama agar dapat mengkritisi 'dakwah' modern yang ada saat ini hingga kita tidak tergelincir dalam kesesatan.

--
Dikirim dari perangkat seluler saya

--------------------------------------------------------
https://profiles.google.com/ronald.fargo

Tidak ada komentar: