Minggu, 21 Agustus 2011

Racun Media


Kalo diperhatikan selama Ramadhan ini, beberapa stasiun TV swasta tetap menayangkan acara-acara musik live (siaran langsung) yang kalo dilihat tampak megah dan besar-besan yang pasti menyerap banyak sponsor dan iklan yang cukup besar nilainya.

Kalo dipikir-pikir, kalo bulan ramadhan ini biaya penyelenggaraan acara glamor seperti itu disumbangkan untuk fakir miskin dan anak yatim betapa bahagianya mereka mendapatkan sumbangan yang sedemikian besarnya, kalo kita memperhatikan beberapa peristiwa yang memakan korban yang mengiringi pembagian zakat selama Ramadhan ini maka mudah disimpulkan bahwa jumlah orang miskin dinegeri ini yang masih cukup besar.

Apalagi acara musik gemerlap seperti itu jauh sekali dari semangat Ramadhan yang semestinya diisi dengan acara-acara yang Islami dan mendidik masyarakat dengan semangat Syiar Islam karena saat ini masih dalam suasana menjalankan ibadah puasa.

Pihak MUI memang beberapa kali memberikan kritiknya mengenai siaran-siaran TV swasta selama bulan Ramadhan ini yang paling santer adalah mengenai acara-acara 'pengiring' sahur yang diisi dengan acara komedi yang dianggap tidak Islami karena berisi lelucon-lelucon yang yang tidak mendidik masyarakat yang seharusnya diisi dengan acara-acara yang sesuai dengan situasi Ramadhan saat ini.

Ditambah lagi dengan siaran adzan yang dikomersilkan karena dimasukan iklan salah satu merek sepatu. Entah apa jadinya negeri ini, negeri dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia tapi telah diracuni dengan sedemikian rupa demi materi dan kenikmatan sesaat.

Kamis, 18 Agustus 2011

Asal Jujur, Bisa Diterima

Saya cukup tertarik dengan pernyataan salah seorang kerabat saya saat ngobrol 'ngalor-ngidul' sebelum shalat Tarawih tadi, katanya kenaikan harga BBM sebenarnya tidak masalah asalkan subsidi untuk angkutan dan sepeda motor (dengan CC rendah) tetap diberlakukan dan yang terpenting katanya dana hasil pencabutan subsidi BBM ini harus digunakan untuk subsidi kesehatan dan pendidikan rakyat.

Hmmm, apa mungkin bisa ? selama ini budaya korupsi dan kolusi masih marak berlangsung dan terjadi di dalam pemerintahan kita saat ini. Banyak kalangan menilai pemberantasan korupsi yang dilakukan pemerintah masih berjalan ditempat dan tebang pilih.

Meminjam istilah ustadz Al-Habsyi saat acara 'kultum' sebelum berbuka puasa di salah satu stasiun TV swasta beberapa waktu lalu, beliau menyatakan bahwa hukum dan undang-undang di Indonesia bagaikan sebilah pisau yang semakin ke bawah semakin tajam tapi semakin ke atas semakin tumpul.

Beliau mencontohkan, bila rakyat kecil yang melakukan kejahatan maka proses hukumnya akan berjalan cepat tapi sebaliknya bila yang melakukan kejahatan para pejabat dan para pemimpin di negeri ini maka proses hukumnya akan berjalan lambat dan bertele-tele bahkan tidak jarang si pelaku terbebas dari jerat hukum.

Beliau juga menambahkan, bahwa semua musibah dan bencana yang terjadi di negeri kita sebaiknya disikapi dengan 'pertaubatan' karena tidak semua bencana yang terjadi adalah sebuah ujian tapi bisa juga adalah peringatan dan azab dari Allah SWT mengingat kerusakan moral dan ahklak rakyat dan para pemimpin dinegeri ini yang sudah begitu rusaknya.

Naudzubillah, mudah-mudah bulan suci Ramadhan ini mampu menjadikan kita menjadi bangsa yang bertaubat hingga rahmat dan keberkahan bisa tercurah kembali ke negeri tercinta ini, amiiien

Rabu, 03 Agustus 2011

Meraih Kemenangan yang Sesungguhnya


Ini rasa yang biasa saya nikmati setiap kali memasuki bulan Ramadhan, rasa yang bagi sebagian orang mungkin terlalu berlebihan atau lebay. Tapi sejujurnya memang ini yang selalu saya rasakan setiap memasuki bulan yang suci ini.

Rasa kehilangan, yah itulah yang saya rasakan. Tak bisa dipungkiri bahwa saya selalu merasakan kehilangan saat-saat yang penting dibulan Ramadhan ini, momen dimana saya selalu merasakan aroma rohani yang nikmat saat menjalani ibadah dibulan Ramadhan ini.

Seiring bertambahnya usia dan semakin besarnya tuntutan kehidupan memang dapat mempengaruhi seseorang dalam menjalani hidup hingga mudah lupa akan keberadaan Sang Maha Pencipta, terjerambab dalam kehidupan fana dan hanya mengejar kenikmatan duniawi yang hanya sesaat.

Perasaan seperti ini pasti pernah dirasakan oleh siapapun, mungkin termasuk Anda. Mungkin Anda pernah merasakan romansa masa-masa indah saat Ramadhan ? Entah itu di saat masa kanak-kanak, di masa sekolah atau mungkin di saat Anda masih dibangku kuliahan. Rasa itulah yang saya maksud.

Bayangkan dan renungkanlah, seberapa banyak hal dan waktu yang terlewat... bila dulu mengisi Ramadhan ini dengan segudang tuntutan orang tua, sekolah atau gengsi anak muda saat menjalani ibadah puasa tapi kita tetap dapat menikmati puasa dengan penuh kegembiraan.

Dan kini, saat kita telah memiliki segalanya, anak, istri, suami, pekerjaan, rumah dan mungkin harta yang berlimpah, kita malah seolah lupa dengan makna dan nilai puasa yang sedang kita jalani. Saat memasuki Ramadhan yang ada dibenak hanya membayangkan harga-harga kebutuhan pokok yang melambung saat memasuki bulan Ramadhan atau mungkin juga setumpuk tuntutan yang membebani isi kepala kita untuk mencukupi kebutuhan lebaran keluarga.

Sebenarnya semuaanya adalah masalah klise yang selalu menghinggapi setiap orang tapi saya yakin, seberat apapu tuntutan hidup, sekejam apapun jaman menggilas, kita tetap tidak boleh lupa untuk selalu beribadah kepadaNya, di bulan Ramadhan inilah kesempatan yang kita miliki untuk instropeksi dan menguji kesabaran kita dalam menjalani hidup dan belajar untuk berbagi kepada sesama, semuanya dalam kerangka memperkokoh keimanan dan ketakwaan kita.

Semoga di bulan Ramadhan ini, kita dapat meraih kemenangan yang sesungguhnya... Amiiieen