Minggu, 27 Februari 2011

Bukannya Tidak Butuh Tapi....

Beberapa kali salah seorang rekan di salah satu situs jejaring sosial memberikan tipsnya tentang bloging dan dari hasil Googling juga banyak menyajikan tips tentang blogging.

Ada satu tips yang sedikit membuat saya berfikir, salah satunya adalah yang menyatakan bahwa tukar menukar backling dan link akan meningkatkan pagerank kita di search engine, salah satu cara untuk tukar menukar dengan 'berkenalan' dengan sesama blogger yang diawali dengan memberikan komentar di blog orang lain (dengan mengharapkan orang tersebut mampir juga ke blog kita)

Hmmm.... seperti itukah ? Saya bukan anti sosial dan saya juga bukan orang sombong tapi terus terang saya bukan jenis orang yang suka berbasa-basi terlalu banyak dan tidak suka obrolan yang ngalor-ngidul, meskipun kadang dalam ajang komentar di suatu blog kadang mengandung diskusi tentang suatu topik terkait dengan topik tulisan di blog tersebut.

Saya lebih cenderung memilih milis dari pada ajang komentar blog (apalagi situs jejaring sosial) untuk mendiskusikan suatu yang saya anggap menarik karena biasanyaa milis lebih fokus saat kita mendiskusikan suatu 'threat' dan lebih bebas (dan puas karena menggunakan medium email) tapi saya tetap menghargai pengunjung yang memberikan komentar dan sarannya mengenai tulisan saya tersebut.

Memang sih kadang ada keinginan 'kapan ya blog saya penuh dengan komentar dari pengunjung?' meskipun sebenarnya fokus saya bukan disitu saat saya membuat tulisan. Saya hanya ingin menuangkan fikiran, gagasan dan pengetahuan saya aja, untuk urusan 'pagerank' biarlah itu urusan search engine yang urus toh bila ada tulisan saya yang terindex dan dibutuhkan oleh orang lain (sesuai keywords mereka) dan sekiranya bermanfaat toh tetap akan dikunjungi (syukur-syukur si pengunjung mau menampilkan backlink blog saya di blognya apalagi bila materi blog saya digunakan)

Rabu, 23 Februari 2011

Mati Karena Mati Lampu

Judul ini ga terdengar sadis khan? Tulisan ini bukan bercerita tentang pembunuhan tapi hanya sedikit lompatan hati karena kekesalan hati akibat mati lampu.

Meskipun begitu mati lampu sebenarnya juga bisa menyebabkan seseorang kehilangan nyawa bahkan bisnis juga bisa mati karena mati lampu.

Mati lampu merupakan kenyataan yang harus dihadapi masyarakat. Salah seorang rekan di daerah harus rela bekerja hanya 3 sampai 4 jam sehari karena mati lampu karena dia bekerja di sebuah perusahaan kecil yang belum mampu membeli genset.

Inilah kenyataan, tarif listrik naik terus dan mati lampu jalan terus.

----------
Sent from my Nokia phone

Selasa, 22 Februari 2011

Bahaya Video Games, TV dan Bioskop

Yahoo News memberitakan bahwa parlemen negara bagian Chihuahua Mexico memerintahkan pelarangan sebuah video game besutan UbiSoft yang bertajuk 'Call of Juarez' yang dianggap semakin memperparah kondisi tindak kekerasan di Mexico yang saat ini sedang melanda negeri ini.

Saat ini saja di wilayah Ciudad Juarez sepanjang tahun 2009 dan 2010 hampir 6000 orang tewas akibat tindak kekerasan perang antar geng hingga menjadikan kota ini menjadi kota dengan tingkat kematian tertinggi di dunia.

Pelarangan ini memang cukup beralasan karena video game semacam ini dapat mempengaruhi pola pikir penggunanya terutama anak-anak terkait kekerasan. Di Indoneia sendiri hampir tidak ada pengawasan penggunaan video game terutama di kalangan anak-anak.

Beberapa tahun yang lalu terjadi insiden kematian anak-anak akibat ditembak dengan pistol angin mainan oleh temannya sendiri akibat terlalu sering menonton televisi. Pernah juga terjadi insiden beberapa anak yang harus dirawat di rumah sakit karena bergulat dengan temannya ala 'Smack Down' salah satu acara televisi yang sarat dengan kekerasan.

Video game dan televisi memang banyak mempengaruhi pola pikir dan kebiasaan masyarakat, coba tengok saat marak aksi pembawa acara bergaya 'banci' hingga dikhawatirkan dianggap sebagai gaya hidup 'banci' dijadikan trend masa kini oleh generasi muda dan dapat menjadi pencetus gaya hidup 'homo seksual'.

Selain TV dan video game, tayangan film bioskop juga mempunyai andil dalam mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Bila bicara film bioskop jadi teringat di era tahun 90-an dan awal tahun 2000-an saat marak film-film nasional yang berbau pornografi yang banyak dikecam karena lebih mengedepankan aspek komersil dari pada mutu film itu sendiri.

Saat ini, katanya merupakan era kebangkitan film nasional dengan semakin banyaknya produksi film-film nasional yang dipelopori oleh film 'Ada Apa dengan Cinta' (AADC) hingga memancing keluarnya film-film nasional bertemakan cinta dan remaja.

Secara pribadi, saat ini saya sangat mengkhawatirkan semakin banyaknya film-film bertema horor yang mulai berbau erotisme dan pornografi contohnya 'Arwah Goyang Karawang', 'Jeritan Kuntilanak', 'Air Terjun Pengantin' dan lain-lain.... Akankah perfilman nasional akan kembali ke era 90-an, yang banyak mengeluarkan film-film dewasa 'murahan' yang hanya mengedepankan aspek komersil dibanding mutu dan 'pendidikan' masyarakat ?

Mari kita mulai menyaring sajian hiburang buat keluarga kita, agar tidak menyesal sebelum terlambat.

Sabtu, 19 Februari 2011

Lucu-lucuan di TV One

Malam ini menyaksikan acara dialog di TV swasta TV One, yang malam ini mengangkat tema Ahmadiyah. Pembicaranya antara lain wakil dari MUI, juru bicara Ahmadiyah dan wakil dari Komnas HAM. Sebagai 'orang awam' saya sendiri bisa menilai betapa bohongnya Ahmadiyah ini.

Setiap kali dijelaskan bahwa Ahmadiyah telah merusak kitab suci Al-quran, setiap kali pula mereka menyatakan bahwa kitab suci mereka bukanlah Tazkirah tapi tetap Al-quran. Padahal distu mereka sendiri menyatakan bahwa Tazkirah ini bukanlah kitab suci tapi kenapa di kitab itu tercantum judul 'Wahyu Suci' ? sedangkan dalam Islam, kitab suci adalah kumpulan wahyu-wahyu Allah, jadi bagaimana bisa mereka berkilah bila Tazkirah ini bukan kitab suci ?

Dalam salah satu argumennya mereka menyatakan bahwa Tazkirah berisi kumpulan 'Ilham' yang diterima Ghulam Ahmad dari Allah, ini juga membingungkan karena mereka berusaha menyembunyikan keyakinan mereka bahwa Ghulam Ahmad menerima wahyu dengan kata 'Ilham'.

Dalam salah satu argumennya juga si Jubir ini juga menyatakan bahwa wahyu yang diterima oleh Ghulam Ahmad sama seperti 'Wahyu' yang diterima oleh sahabat-sahabat Rasulullah SAW sepeninggal wafatnya. Saat si Jubir menyatakan itu saya melihat wakil MUI terlihat tersenyum dan meluruskan argumen Jubir Ahmadiyah ini bahwa Wahyu terputus setelah Rasulullah wafat (ini juga dinyatakan oleh sahabat Rasulullah) jadi tidak pernah ada wahyu yang diturunkan kepada para sahabat Rasulullah SAW.

Bahkan dalam salah satu pernyataanya mereka berani menganggap fatwa MUI itu sebuah kesalahan karena dikeluarkan tanpa didahului dialog dengan mereka, mungkin Jubir ini mengalami amnesia karena siapapun yang mengikuti berita tentang Ahmadiyah mengetahui bahwa dialog sudah dilakukan oleh umat Islam dalam hal ini ulama mulai dari tingkat nasional (hasilnya adalah keluar aturan main berupa SKB yang sudah dilanggar Ahmadiyah) sampai tingkat wilayah terkecil (tapi tetap tidak berhasil, hingga terjadi peristiwa di Cikeusik - disinyalir didalangi oknum tertentu), dan dialog ini sudah dilakukan selama bertahun-tahun.

Dari sini sudah jelas bahwa klaim Ahmadiyah yang menyatakan bahwa mereka masih berpegang teguh pada Al-quran dan Hadist merupakan kebohongan besar karena dari argumen mereka ini terlihat jelas bila ilmu mereka tentang Al-quran dan Hadist sangat rendah.

Menurut saya pribadi, dari semua argumen dan penjelasan mereka tentang keislaman dan Tazkirah jelas-jelas merupakan kebohongan dan dari semua penjelasan mereka di acara dialog TV ini seperti dagelan (yang tak berisi) yang bila didengar oleh orang yang 'kurang baca' bisa tergelincir dan terperangkap masuk dalam keyakinan mereka.

Semoga kita selalu dilindungi Allah SWT dari kehancuran dan tergelincir dalam kesesatan, amiiien.

Sabtu, 12 Februari 2011

Lagi Ngomongin Mesir

Pasca lengsernya Presiden Mesir - Hosni Mubarak, gema kegembiraan dan euforia-nya ternyata tidak hanya terjadi di Mesir tapi juga terjadi di negara-negara Timur Tengah (mungkin juga di Indonesia). Di Indonesia sendiri kebanyakan orang menyamai peristiwa lengsernya Mubarak dengan peristiwa lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan.

Kalo dipikir-pikir, si Mubarak ini kalah 'jantan' dan 'gentle' dibanding Pak Harto. Kenapa begitu ? ya iyalah... Bila Mubarak mundur tanpa permisi alias tanpa pidato dihadapan rakyat Mesir tapi Pak Harto dengan gagah mengumumkan kepada rakyat Indonesia mengenai pengundurandirinya (lewat siaran TV).

Kalo dilihat dari posisi strategis Mesir di Timur Tengah, saya yakin penggantinya Mubarak pasti gak jauh-jauh dari pilihannya Israel dan Amrik...

Bagaimana dengan Indonesia ?

Pasca lengsernya presiden Soeharto yang disebut era reformasi, perubahan yang mencolok adalah 'keterbukaan' dan 'kebebasan' meskipun pada prakteknya masih tetap sama, tingkat korupsi masih tinggi (bertambah tinggi ?) dan akibat semangat kebebasan rasa malu semakin menipis dan dekadensi moral menjadi lebih parah dibanding era Orba.

Lebih hebat lagi, akibat semangat keterbukaan saat ini koruptor mudah dikenali karena biasanya setelah ditangkap wajah mereka akan nongol di TV dan media cetak tapi mereka masih saja tidak bisa dihukum dan masih bisa lolos dari hukuman meskipun banyak bukti kuat yang menunjukan kejahatan mereka (bahkan ada yang tidak terjamah oleh hukum sama sekali).

Begitulah Indonesia di era reformasi, nah bagaimana nanti dengan nasib Mesir di pemerintahan yang baru ?