Selasa, 01 Maret 2011

Semakin Kacau Semakin Banyak 'Rejeki'

Waaahh..... judulnya ! apa bisa seperti itu ? Jaman sekarang prinsip seperti judul di atas sepertinya sudah biasa. Lihat Amerika dan sekutunya, saat suatu negeri sedang kacau bahkan perang bagi 'polisi dunia' ini merupakan sumber uang yang berlimpah, mulai dari penjualan senjata, penyediaan tentara bayaran (keamanan swasta) hingga mengacak-acak kehidupan politik negeri tersebut untuk kepentingannya yang juga gak jauh dari ekonomi.

Gak usah jauh-jauh, di negeri kita Indonesia yang 'damai' ini juga banyak praktek seperti diatas dimana ada pihak-pihak tertentu yang berusaha membuat kacau suatu keadaan agar mereka dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk kepentingannya dan kepentingannya juga gak jauh berbeda dengan yang di atas yaitu uang.

Saat kondisi kacau bisnis 'pengerahan massa' tumbuh subur, bisnis jasa 'keamanan' bergeliat bila kondisi ini terjadi maka premanisme juga tumbuh subur dan marak bahkan harga nyawa manusia menjadi 'murah' karena semuanya uang yang berbicara.

Waah ngeri, jadi ingat dengan peristiwa demo PSSI yang pernah di beritakan oleh POS KOTA di mana ada anggota demonstran dari kubu pro PSSI yang mengaku dibayar untuk berdemo seharga Rp. 60.000 perorang.

Bila itu benar, maka kondisi PSSI yang kacau berarti juga sudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menjual jasa 'pengerahan massa'. Seorang kenalan saya pernah bercerita, saat-saat kampanye Pemilu merupakan saat untuk meraup rejeki karena ada saja pihak mengajak dia untuk berkampanye dengan bayaran kaos partai dan uang berkisar Rp. 50.000 untuk sekali kampanye.

Salah seorang rekan saya lainnya yang dulu 'katanya' pernah menjadi aktivis mahasiswa juga tidak menampik bahwa di lingkungan kampus juga berlaku bisnis 'pengerahan massa' dengan bahasa halusnya 'ada pihak-pihak tertentu yang menjadi penyandang dana' dalam aksi-aksi pengerahan massa mahasiswa (saat marak tumbuhnya forum-forum dan aliansi-aliansi aksi mahasiswa) dan biasanya yang paling banyak mengambil untung adalah para kordinator lapangannya, dimana setiap ramai 'isu-isu' politik atau isu sosial yang berkembang di masyarakat kadang ada pihak-pihak tertentu yang berasal entah dari LSM, Ormas bahkan katanya tokoh-tokoh tertentu juga kadang mendatangi 'korlap-korlap' di kampus untuk 'urusan' ini.

Hmmm... Itu kata rekan saya lo, entah itu benar atau tidak... tapi saya berharap semua aksi mahasiswa adalah murni datang dari hati nurani mereka bukan karena ada penyandang dananya.

Tapi kecendrungan akan adanya usaha pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan kondisi yang sedang 'kacau' (baca: sulit) sepertinya memang sulit dibantah. Apalagi disaat semakin banyaknya pengangguran dan kondisi ekonomi masyarakat kecil yang sulit saat ini, profesi sebagai 'demonstran' atau 'massa' bayaran sangat sulit ditolak seperti halnya bisnis tentara bayaran di Amerika yang di pelopori oleh 'milisi-milisi resmi' yang tumbuh subur di negeri tersebut.

Tidak ada komentar: